Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan pembudidayaan sorgum sebagai makanan alternatif pengganti nasi akan difokuskan di daerah kering dan yang sudah terbiasa menanam komoditas tersebut.
Dia mencontohkan beberapa daerah di Indonesia bagian timur.
“Daerah tersebut di antaranya di Nusa Tenggara Timur serta daerah bekas tambang, seperti di Bangka Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi,” ujarnya seperti dikutip dari Antara, kemarin, 12 Agustus.
Menurut Moeldoko, pembudidayaan sorgum penting dilakukan untuk mengantisipasi krisis pangan menyusul kondisi ketidakpastian global saat ini.
Meski demikian, ia menyebut sejatinya masyarakat Jawa sudah lama mengenal sorgum sebagai bahan pangan utama.
Kondisi itu dibuktikan dengan adanya ukiran sorgum pada relief Candi Borobudur.
Sayangnya, kata dia, ekosistem sorgum belum terbangun.
Industrinya pun belum disiapkan dengan baik sehingga masyarakat tak tertarik menanam massal sorgum.
“Oleh karena itulah, melihat juga perkembangan global seperti saat ini, Presiden menekankan kita harus menanam apa saja dan mengembangkan pangan alternatif.
Bahkan, pemerintah juga berkeinginan membuat peta jalan perkembangan sorgum di Tanah Air,” ujarnya.
Menurut dia, budi daya tanaman sorgum memiliki banyak keuntungannya.
Salah satunya tahan hama.
Sorgum juga bisa dipanen hingga beberapa kali.
Sedangkan batangnya pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku gula lantaran mengandung etanol dan dapat digunakan untuk pakan ternak.
“Bulirnya bisa untuk nasi dan tepung yang menjadi bahan untuk berbagai makanan,” ucapnya.
Dengan demikian, Moeldoko menuturkan banyak fungsi sorgum, baik untuk kebutuhan manusia maupun hewan.
Ia mengakui sudah berdiskusi dengan pabrik pakan ternak terbesar di Tanah Air bahwa kebutuhan jagungnya mencapai 10 juta ton.
Sedangkan 10 persen dari kebutuhan jagung itu diberikan untuk sorgum.
“Saya sudah minta sehingga punya alokasi 1 juta ton sorgum, kalau disuplai maka bisa gerakkan seluruh pertanian di Indonesia,” tuturnya.